Romantisme Humor Pernikahan Gus Dur dan Ibu Shinta
K.H. Abdurrahman Wahid, atau lebih sering dikenal dengan sebutan Gus Dur ini, pernah menjabat sebagai kepala negara Indonesia. Mepunyai kepribadian yang sederhana, bersahaja, intelektual, dan humoris adalah karakter kuat dari sosok presiden yang satu ini. Banyak cerita ditorehkanya termasuk cerita romantis pernikahannya dengan sang istri, Ibu Shinta.
Ya, Gus Dur muda tak pernah dekat dengan wanita, yang menjadi teman setianya adalah buku dan bola. Karena kepintarannya, Gus Dur berkesempatan untuk belajar di Mesir karena ia mendapat beasiswa. Sebelum pergi ke sana, ia mendapat nasihat agar segera menikah dari paman K.H. Fatah ia berkata, “Soalnya kalau nunggu pulang dari luar negeri, kamu hanya akan mendapat wantia yang tua dan cerewet”.
Gus Dur pun mengiyakan ucapan paman tercintanya itu, kalau dipikir-pikir benar juga kata pamannya, begitu kira-kira pikiran Gus Dur waktu itu. Tak hanya memberi saran, K.H. Fatah pun memberi pilihan wanita yang pantas dinikahinya. Dia adalah Shinta Nuriyah, seorang yang juga pernah menjadi murid Gus Dur sewaktu ia mengajar di Mu’allimat.
Trauma yang dialami ibu Shinta muda dahulu membuatnya tak serta merta langsung menerima permintaan itu. Karena sebelumnya pernah juga ada yang melamarnya, dan kebetulan namanya sama “Abdurrachman” pun ia dulu adalah gurunya pula. Saat itu usianya masih 13 tahun. Kata Shinta “Abdurrahman lagi, Abdurrahman lagi”.
Gus Dur berkirim surat kepada Shinta, kebetulan waktu itu saking sibuknya ia aktif dalam kegiatan keorganisasian kampus, ia tak naik satu tingkat. Kabar tak mengenakkan itu pun disampaikan kepada Shinta. Rupanya Shinta merasa iba dan simpati akan cerita Gus Dur, katanya masa gagal untuk semuanya, paling tidak ia tak boleh gagal soal jodoh. Bisa saja ya ibu Shinta ini menghibur Gus Dur muda.
Tanpa pikir panjang, Gus Dur pun meminta ibunya untuk melamarkan gadis itu untuknya. Lamaran ini kemudian diterima olehnya dengan tangan terbuka. Pernikahanpun dilaksanakan. Namun, lucunya, ijab kabul pernikahan Gus Dur ini diwakilkan oleh kerabatnya dari keluarga ibu yang sudah berusia 60an tahun. Akad dilakukan secara in absentia, jadi diwakilkan. Pengantin pun tak dapat bertemu saat itu.
Pernikahan dengan akad yang tak lazim ini mengundang omongan dari banyak pihak. Beberapa diantaranya mengasihani Shinta, karena berpikir bahwa suaminya sudah tua. “Kasihan ya, Shinta suaminya tua banget”, padahal kan itu bukan suaminya. Gus Dur selalu saja menorehkan humor di setiap cerita hidupnya.
Setelah pulang ke tanah Jawa, akad nikah pun diulang lagi agar lebih afdhal, dan kemudian mereka menggelar resepsi pernikahan dan selamatan atas pernikahan yang telah berlangsung. Dari pernikahannya dengan ibu Shinta, beliau dikaruniai beberapa putri Yenny Wahid, Inayah Wulandari, Anita Hayatunnufus, dan Alissa Qotrunnada.
Customer Service
Halo, selamat datang di Kotagede Jewellery. Apakah ada yang bisa saya bantu?